Postingan

Nongkrong Bareng David Fricke

Gambar
Sewaktu riuh rendahnya welcoming party untuk para delegasi Rolling Stone International Conference 2014 bulan lalu di rooftop Viceroy, tiba-tiba saya melihat sosok David Fricke, jurnalis musik sangat senior Rolling Stone ini juga ikut membaur di kerumunan.  Orang ini telah menulis sangat banyak cover story dan feature band-band legendaris di RS sejak 1979 (in-house sejak 1985), belum lagi liner notes yang ditulisnya untuk album-album/boxset Led Zeppelin, Nirvana, Metallica, Simon & Garfunkel, Lou Reed, Velvet Underground, Jimi Hendrix, Ramones, Frank Zappa dan masih banyak lagi. Fricke juga sempat mewawancara panjang Kurt Cobain untuk rubrik Rolling Stone Interview hanya 2 bulan sebelum pentolan Nirvana itu bunuh diri pada April 1994.  Padahal di wawancara itu Cobain dengan gaya super meyakinkan sempat bilang ke Fricke kalo ia lagi sehat dan segar bugar belakangan ini. Artikel itu akhirnya tercatat menjadi wawancara panjang terakhir dengannya. Fricke mungkin

DVD Review: Death Metal: A Documentary (2003)

Gambar
Minggu lalu mampir ke Generation Records di antara West Village dengan Lower Manhattan dan menemukan DVD rockumentary Death Metal: A Documentary (2003) ini yang pas melihat langsung disambar tanpa mikir dua kali lagi (termasuk pula Super Duper Alice Cooper karya terbaru Sam Dunn).  Jangan bayangkan film ini digarap secara profesional dengan sinematografi mutakhir atau sophisticated ala film-film Bangers Productions. Pastinya dokumenter ini brutal secara harfiah karena banyak cuplikan video musik dari band-band death metal bawah tanah yang mengerikan. Penyajiannya pun cukup amatiran, tapi ternyata, diluar dugaan, kredibilitas jalanan film ini sangat tinggi.  Sangat mencerahkan juga khususnya bagi mereka yang masih kerapkali keder membedakan antara thrash metal dengan grindcore dengan death metal atau dengan black metal. Menarik juga mendengar penjelasan mereka bagaimana menempatkan death metal sebagai mata pencarian.  Tanpa menggunakan narator dan cuma seora

Presiden Terpilih Tunggu 1,5 Bulan Lagi

Gambar
Setelah membaca dan mempelajari aspek hukum tahapan #Pilpres2014 dari WamenkumHAM Denny Indrayana , akhirnya saya memutuskan untuk menahan euforia kemenangan Jokowi - JK, paling lambat hingga 1,5 bulan ke depan. Lama banget? Yup. Jadi menurut analisa beliau, negara melalui Mahkamah Konstitusi baru akan mengakui Presiden Terpilih sekitar 1,5 bulan lagi karena sisa tahapan #Pilpres2014 ini sesuai Peraturan KPU ada 5 yaitu: 1) Pemungutan Suara (9 Juli) 2) Rekapitulasi Hasil (21 Juli) 3) Penentuan Hasil (22 Juli) 4) Penyelesaian Sengketa Hasil di MK (21-24 Agustus) 5) Pengambilan Sumpah Jabatan (20 Oktober) Jadi hasil Quick Count yg kredibel sekalipun tidak dapat dijadikan legitimasi kemenangan #Pilpres2014 walau tingkat kesalahannya cuma 1%. QC hanya dianggap menjadi indikator saja tapi tidak memiliki keabsahan. Hasil resmi KPU yg diumumkan 22 Juli nantinya yang menjadi landasan hukumnya. Double claim yang terjadi dari kedua belah pihak terkait hasil Quick Count ini diduga akan meman

Bapak Idris Sardi Dalam Kenangan

Gambar
Pertemuan yang singkat namun sangat berkesan dengan Bapak Idris Sardi. Sempat wawancara beliau di Jakarta Convention Center awal 2009, ketika itu hadir ke peluncuran album Presiden  SBY yang diaransemen ulang dan direkam ulang oleh mas Yockie Suryoprayogo, jadinya keren album itu. Bapak Idris Sardi sangat ramah dan menjelaskan dengan sangat detail semua pertanyaan yang saya ajukan. Padahal saat itu saya modal nekat untuk doorstop interview saja, tidak ada janji sebelumnya. Cuek lah! Seorang petugas protokoler kepresidenan sempat menyelak ketika kami sedang di tengah sesi interview dan menyampaikan bahwa ia ditunggu oleh presiden. Sambil tersenyum ia menjawab, "Presiden bisa menunggu kan?" Dor! Kaget juga denger jawabannya karena, seperti biasa, saya kira pasti yang bakal dipotong adalah sesi interviewnya hehe. Tak ada kesan menggurui, atau bersikap layaknya "rock star" legendaris. Sangat ramah. Salah satu jawaban beliau yang masih saya ingat kurang lebihnya adal

A Stone Will Roll in Big Apple, Soon!

Gambar
Lorong di Rolling Stone HQ, New York City. Jadi semalam sekitar pukul 21:00 WIB ketika saya sedang digencet oleh deadline beberapa feature untuk edisi ulang tahun kami yang kesembilan mendadak saja telepon di meja kerja saya berbunyi kencang, cukup lama tidak terangkat. Karena sedang menyimak SUNN O))) & Ulver - "Terrestrials" dengan volume cukup maksimal menggunakan headphone akhirnya suara telepon itu tidak terdengar sama sekali. Hanya anehnya seperti ada instruksi bawah sadar yang memberitahu saya untuk mengangkat telepon, mungkin itu sihir musik SUNN O)) :)))  Ternyata suara editor-in-chief Adib Hidayat yang singkat saja menjelaskan bahwa saya dipanggil oleh Ibu Monika ke ruangannya di lantai bawah. Sebagai informasi, ia merupakan Presiden Direktur PT. a & e Media. Walau sempat dibocorkan beberapa jam sebelumnya oleh managing editor Ricky Siahaan, namun tetap saja pertanyaan besar segera saja menghujam di kepala saya. Ada apakah gerangan?  Ketika tiba di

BRAINWASHED: Jakarta Underground Magazine (1996 - 1999)

Gambar
"We are proud hating all commercial shit in the whole mainstream music scene!" OK, harus diakui slogan majalah diatas sangat naif, butut dan norak sekali hahaha, tapi itulah hakikat sebuah proses pencarian jati diri rock & roll pribadi dulu. Kalo nggak menebarkan kebencian maka kita nggak stand-out dari yang lain di kerumunan, nggak eksis! 😝 Empat edisi majalah musik cadas di atas saya terbitkan secara DIY dulu mulai 1996 - 1999 dan berhasil diselamatkan oleh perpustakaan Morbid Noise milik Nino Trauma (Thanks, No). Total seluruhnya ada 7 edisi yang berhasil diterbitkan secara bertempo (tempo-tempo terbit, tempo-tempo kagak hahaha). Pada jaman itu banyak banget band rock/metal underground yang bermunculan di Jakarta tapi jarang sekali media massa nasional yang paham musik yang mereka mainkan atau mau meliput band-band ini.  Alasannya juga karena nama-nama bandnya menyeramkan (Grausig, Corporation of Bleeding, Mortus, Suckerhead, Trauma, Betrayer

The Rolling Stones "14 On Fire" di Singapura

Gambar
Sepuluh hari telah berlalu tapi rasanya kayak baru kemaren nonton live The Rolling Stones di depan mata secara indoor dan terasa lebih intim karena hanya bersama 5,500 penonton saja. Kalo dibandingkan dengan show di arena atau stadion kota-kota lainnya dengan sekitar 20.000 - 50.000+ penonton tur 14 On Fire, maka para penonton di Singapura terkesan lebih beruntung. Suasananya kemarin nyaris mirip nonton konser tribute The Rolling Stones yang banyak digelar di Jakarta sejak lama cuma kali ini bedanya yang main anggota aslinya hehe.  Ini merupakan salah satu konser terbaik yang pernah saya saksikan seumur hidup dan sedihnya terpaksa menjadi konser terakhir mereka hingga saat ini karena dua hari setelahnya kekasih Mick ditemukan tewas gantung diri di kamar apartemennya.  Simak live review selengkapnya nanti yang akan saya tulis di majalah Rolling Stone edisi mendatang. Yang pasti set favorit saya malam itu adalah "It's Only Rock & Roll (But I Like It)," &q

The Rolling Stone Interview: Bruce Dickinson of Iron Maiden

Gambar
Hampir tiga tahun telah berlalu dan sampai sekarang masih dirasa terlalu sureal saat kembali menyaksikan momen-momen ajaib yang terjadi di dalam video ini. Belum termasuk surealnya ketika tahu seorang Bruce Dickinson ternyata menyaksikan pula video mesum Ariel berikut persidangannya :D