Diskusi Musik FISIP UI: INDIE VS MAJOR LEBEL

Start:     Sep 7, '07 12:00p
End:     Sep 7, '07 4:00p
Ya, ya, gue tahu tema diskusi ini bikin males. So 10 years a go gitu lho. Awalnya gue juga nolak pas ditawarin untuk jadi pembicara diskusi ini. Karena bagi gue, untuk judul seperti itu seharusnya yang ngomong adalah orang-orang dari label rekaman indie dan major bukan para jurnalis musik hehe. Tapi mereka gigih juga melobby dan katanya menawarkan terms of reference yang baru untuk diskusi kali ini. Walhasil, gue kasih nomer Arian ke mereka dan minta mereka untuk melobby dia juga untuk ikutan di diskusi ini. Ha! Gue nggak mau sendirian ngebahas hal basi ini. Hehehe.

Guest Speakers:
Wenz Rawk (Rolling Stone)
Andien (Penyanyi)
Marjinal (Political Punk)

Ini Tema Besar dari mereka untuk diskusi ini nanti"

"walo tema besar indie vs. major label , tp yg menurut g bs diangkat adalah poin:
1. kan banyak band-2 yg indie, tp kalangan penikmatnya banyak/besar, walo disisipkan 'terserah bajaklah sesukamu' tetap saja albumnya laris kaya pisang goreng....(contoh band: Marjinal)--> jd klo nggak meleset pembicaranya ada dr salah satu front man band MARJINAL
2. kebalikannya yaitu band-2 yg memang maunya masuk major label, dan memang mau terbantukan oleh pihak major label sendiri, walo dulu juga mereka manggung-2 scr indie, ..................nah utk kasus ini tadinya g mo ngundang Giring-nidji, tp setelah g kontak mereka ada show/even manggung utk tgl. diskusi yg g kasih, so mereka tdk bs dateng......
nah menurut lo, kira-2 siapa ya wenz yg bisa gantiin pembicara dari sektor ini, kira-2 klo Jimmy the upstairs gmn ya...? cocok tdk menurut lo..? (butuh saran niy..),
3. pemaparan dari pihak pelaku industri rekaman, nah tadinya g mo ngundang mas KRISHNA (suckerhead) scr dia kan produser, pelaku, dan ada teman-2nya yg biasa ngurus di rekaman, g sih udh email, tp belon bales dan menurut lo gimana wenz?, klo emang ok utk hal yg ketiga ini, boleh tau no hape krisna atau emailnya, klo lo ada share k g y...
4. pemaparan dr pelaku , pemerhati media yg udh pasti mempublikasikan musik indonesia, nah itu lo wenz...jadi lebh ke bentuk dinamika musik Indonesia dgn segala konsep d.i.y. (underground) ampe Popnya......"

Komentar

  1. widi asmoro22 Agustus 2007 pukul 18.55

    yang jd pembicara pentolan indie.. yang kayaknya pernah punya sedikit sakit hati sama major..
    yah begitulah.. pasti nyalahin major..

    sutralah book..

    BalasHapus
  2. Dino Raturandang22 Agustus 2007 pukul 19.06

    koseng? barudak PAS Band?

    BalasHapus
  3. wenz rawk22 Agustus 2007 pukul 19.07

    Hahaha. Bukan itu pointnya, Wid. Orang-orang yang ngangkat tema ini malah sebenernya nggak tau apa-apa tentang indie label ato major label. Perdebatan di industri musik banyak yang jauh lebih penting sebenernya daripada ngurusin konflik infantil kayak gini. Gue mah kagak pernah sakit hati sama major hahaha... sakit jantung iya karena kebanyakan orang yang kerja di sana ternyata nggak tahu apa yang sebenernya mereka jual, gak tau gimana memasarkannya, gak paham bisnis musik itu berjalan dan malah kadang gak tau apa job description mereka yg sebenernya. Based on my experienced ya.

    BalasHapus
  4. wenz rawk22 Agustus 2007 pukul 19.07

    Hahaha. Bukan itu pointnya, Wid. Orang-orang yang ngangkat tema ini malah sebenernya nggak tau apa-apa tentang indie label ato major label. Perdebatan di industri musik banyak yang jauh lebih penting sebenernya daripada ngurusin konflik infantil kayak gini. Gue mah kagak pernah sakit hati sama major hahaha... sakit jantung iya karena kebanyakan orang yang kerja di sana ternyata nggak tahu apa yang sebenernya mereka jual, gak tau gimana memasarkannya, gak paham bisnis musik itu berjalan dan malah kadang gak tau apa job description mereka yg sebenernya. Based on my experienced ya.

    BalasHapus
  5. Dino Mozardien22 Agustus 2007 pukul 19.09

    lebih menarik lagi kalo diskusi ini lebih focus ke indie label (sudah gamblang kan untung/ruginya di major), mungkin perlu dibedah juga mekanisme kerja indie label disini seperti apa, karena untuk membangun indie music perlu ditata dulu sistemnya such as distributions, co-op ads, in-store promotion, publishing royalties, merchandise deals, afiliasi dgn radio / promotor, tour support dll. Mungkin penting juga buat yang masih awam sama label even indie label.

    "Being independent goes beyond major label vs. indie labels. That's been the wrong focus for too long." — Justin Trosper

    BalasHapus
  6. wenz rawk22 Agustus 2007 pukul 19.11

    Nah, yang ini jauh lebih bermanfaat menurut gue. Setuju banget gue. Thanks, dien. Gue bakal coba forward usul elo ini ke panitianya nanti.

    BalasHapus
  7. adib adib22 Agustus 2007 pukul 19.12

    bagus...
    coba lo usulin sekalin nama-nama ini wenz...

    pak yan sony bmg
    pak iin & pak ook aquarius
    bu acin musica
    mas arnell emi
    pak yusak warner
    helvi ffwd
    hanin aksara
    rifandi alfa records...

    :-)

    BalasHapus
  8. widi asmoro22 Agustus 2007 pukul 19.15

    yah yah.. i know kalian lebih mengerti.. silahkan..

    BalasHapus
  9. wenz rawk22 Agustus 2007 pukul 19.15

    Wah, orang-orang yang tepat nih, dib. Cuma mereka pada mau dateng gak ye? Nanti gue minta contact masing2 ya, anak2 panitianya pada mo dateng ke RS minggu depan untuk ngebahas TOR diskusi itu. Sekalian racunin aja nanti hehehe...

    BalasHapus
  10. adib adib22 Agustus 2007 pukul 19.19

    kurang dua nama...
    mas dhaniel universal atau pak anthony universal sekalian...:-)

    lo dan arian jadi moderator :-)

    BalasHapus
  11. Dino Mozardien22 Agustus 2007 pukul 19.23

    Pak Harun Nurasyid.. yang punya cita2 mensejajarkan kualitas Indie music dengan mainstream.. perlu didengar juga tuh strategi dia seperti apa dan dia juga pernah jadi produser band mainstream, sekarang di label Music Factory Indonesia.

    BalasHapus
  12. hagi hagoromo22 Agustus 2007 pukul 19.25

    hahaha.
    lucu ya.

    eh btw, wenz, kalo menurut gw sih, yang asik diobrolin itu soal selera pasar.
    dan bagaimana band-band busuk itu menyiksa telinga dan mata kita karena request lagu-lagu mereka sedang gila-gilaan.

    siapa yang pegang peran penting di sini?
    band busuk? labelnya? media? atau selera pasar?

    BalasHapus
  13. adib adib22 Agustus 2007 pukul 19.29

    label yang mencari band busuk dan menjualnya ke pasar dan media senang sekali kemudian menulis tentang mereka... :-) hahaha... udah ahhh... tidur lageee...ajah

    BalasHapus
  14. hagi hagoromo22 Agustus 2007 pukul 19.31

    hwahaha,
    kalo ini terjadi, gw mesti dateng, liat, dan dengar..

    BalasHapus
  15. hagi hagoromo22 Agustus 2007 pukul 19.33

    kenapa dib?
    tipes lo kambuh?

    mestinya, selain alkohol,
    elo juga harus menghindari band-band busuk.. :p

    BalasHapus
  16. Nadia Yustina22 Agustus 2007 pukul 19.59

    tahun lalu mereka juga buat ini. waktu itu mereka ngajak ketemuan gue. ternyata term indie dan major aja mereka ga begitu paham. taunya kalo musiknya aneh itu indie...nyeeeekkkk. trus setelah itu gue lempar ke agus sasongko aja deh. hahaha.

    tapi seru yang ini...soalnya ada krisna...hohoho.

    BalasHapus
  17. Karlina Octaviany22 Agustus 2007 pukul 20.02

    Haha..kalo ini gw pengen liat X E

    BalasHapus
  18. Aulia Naratama23 Agustus 2007 pukul 10.26

    liat segi positifnya aja.. anggap ini sebagai edukasi bagi mereka2 yg indie banget dan masyarakat awam lah

    BalasHapus
  19. arian tigabelas23 Agustus 2007 pukul 15.28

    gue gak jadi ikutan Wenz, tanggal 7 September gak memungkinkan. tgl 8 September gue launching, selain latihan ngurus segala tetek bengeknya. hihi. x) gue rekomendasikan si David Tarigan saja. good luck!

    BalasHapus
  20. dedidude dedidude24 Agustus 2007 pukul 12.08

    bilangin panitianya suruh pertunjukan musik aja, wacana indie major udah basi dan gak perlu didiskusikan lagi... atau diganti wacana band bagus dan band busuk aja hehhe

    BalasHapus
  21. widi asmoro24 Agustus 2007 pukul 12.18

    setuju bung dedi..
    band bagus sama band busuk juga gak asyik.. itu kan perspektif masing2..
    ildivo aja dibilang busuk di negaranya.. tapi di asia laku keras.. mau bilang apa?

    BalasHapus
  22. keramik rumput27 Agustus 2007 pukul 13.44

    indie atau major memang udah basi namun bukan berarti gak punya arti......
    ini hanya masalah pendistorsian makna dan suatu metamorfosis yang sempurna aja.
    ya, dan setuju akan bung dedi "the good musik is the good musik"........
    "menurut versi dan persepsi masing-masing".....mendingan bikin acara amal....hehehe...
    wah, k.lo acara pembahasan ini jadi seru ni kayaknya......(meskipun basi y), gimana cara ikutannya...?

    BalasHapus
  23. XXXX YYYY30 Agustus 2007 pukul 16.09

    major or indie tergantung selera sih, prosesnya sama-sama berat dan tentunya udah punya nilai jual sendiri antara indie dan major,.. (kayak KANGEN Bang gitu ya bung ? hehe)
    bung wenz sepertinya juga pernah jadi pembicara soal musik juga di sekitar kampus UI tepatnya di FEUI yang ditutup oleh penampilan the brandals tempo hari, sayang banget gue gak bisa datang (padahal gue skr kary di FE hehe) salam dari R.I.P FuckOrDie (FOD)

    BalasHapus
  24. Dera padera16 Desember 2007 pukul 23.12

    that's not the point broo!!

    yang gw tangkep disini adalah ari perspektif artisnya.
    banyak yang terkekang oleh major.

    seperti yang wenz bilang. artis major cuman jadi jarum suntik doank.
    abis pake klo udah kosong dibuang.

    thx for rawk n mike 'marjinal'

    jadi lebih nambah wawasan gw nich

    BalasHapus
  25. UKSS Band5 September 2008 pukul 01.01

    halo kawan
    salam kenal

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

Gambar
     Institut Kesenian Jakarta adalah kampus yang banyak mencetak “gembel naik kelas.” Gembel-gembel yang kemudian sukses menjadi rockstars . Naif, Clubeighties, The Upstairs, The Adams, Rumahsakit hingga White Shoes & The Couples Company adalah beberapa di antaranya. Siapa sangka band-band tersebut awalnya ngeband karena iseng-iseng belaka? Oleh Wendi Putranto Foto Oleh Timur Angin “Tahun ini udah tiga kali kami reuni. Mudah-mudahan ini benar-benar reuni kami yang terakhir dan tidak ada reuni lagi di masa depan,” ujar Andri, vokalis Rumahsakit dengan nada datar seraya menurunkan stand mikropon yang terlihat agak ketinggian bagi dirinya. Para penonton yang mayoritas mahasiswa Institut Kesenian Jakarta [IKJ] hanya tersenyum saja mendengar ucapannya. “Sebelum ada Rumahsakit, musik di IKJ cuma Rolling Stones, The Doors dan Bob Marley,” puji Ricky MH Malau dan Jimi Multhazam usai Rumahsakit manggung. Dua orang berkarakter keras tersebut malam itu menjadi MC bagi ac...
Baca selengkapnya

Strategi Baru Label Rekaman "Membunuh" Artis-Artisnya

Teman-teman, kita sudah sampai di era baru industri musik. Era dimana label rekaman melancarkan strategi terkejam dalam sejarah industri musik di tanahair: Menguasai artis dengan jalan mengelola karir mereka. Istilah populernya mereka melakukan ekspansi bisnis dengan cara membuka divisi Manajemen Artis di label rekaman.    Gue adalah salah seorang yang nggak setuju dengan berdirinya manajemen artis dalam sebuah label rekaman. Gue punya argumentasi yang kuat untuk ini. Label rekaman itu INKOMPETEN untuk urusan manajemen artis dan nantinya gue yakin malah bakal merusak tatanan industri musik yang selama ini otonom dari tiga belah pihak terkait (artis, manajemen, label). Bisnis utama label rekaman adalah jualan kaset, CD, RBT, dsb. Semua yang berhubungan dengan rekaman musik. Dari nama saja sudah jelas: Perusahaan Rekaman! Akhirnya ketika mereka membuka d ivisi baru (Artis Manajemen) gampang ditebak kalo kerepotan dan berbagai kebodohan dalam urusan manaj...
Baca selengkapnya